indogambler.com

Sabtu, November 27, 2010

Simbol-simbol Sihir Pada Logo Perusahaan

[Occult Symbols in Corporate Logos]

Oleh: Vigilant

Sepanjang abad ke-20, lingkungan daerah perkotaan diambil alih oleh logo-logo perusahaan.  Penelitian-penelitian melaporkan bahwa rata-rata setiap orang diunjukkan kepada kira-kira seribu logo setiap harinya.  Namun hanya sedikit orang saja yang memikirkan mengenai arti simbol-simbol  yang terdapat dalam alat pemasaran perusahaan-perushaan  ini yang aslinya berasal dari okult.  Tulisan ini menganalisa asal-usul esoterik dari beberapa logo perusahaan yang sudah terkenal.

Pembantaian logo (Logo overkill)

Pikirkanlah dimana sehari-hari Anda menemukan logo-logo perusahaan:  mereka kita dapati di rumah-rumah, mobil, pakaian, iklan TV, billboard, lencana, dalam semua kegiatan olah raga dan bahkan di halaman ini (maaf).  Logo merupakan salah satu hasil dari penelitian ekstensif (yang didanai oleh  the Rockefeller's  "Chicago School") dalam bidang ilmu-ilmu kognitif, neuropsychology dan biologi.  Penelitian-penelitian tersebut yang dijadikan intinya adalah "pemasaran-marketing", bidang penelitian yang dibiayai sangat mahal dimana hasilnya secara keseluruhan dirahasiakan agar tidak diketahui oleh masayarakat pada umumnya.  Mengapa penemuan tersebut dirajasiakan?.  Well, bilamana Anda tahu mengapa pemasaran menguntungkan Anda, Anda tidak akan membiarkan hal tersebut jatuh ke tangan orang lain.

Dengan kelihatannya logo-logo perusahaan dalam jumlah sangat besar hal ini juga merupakan kesempatan bagi para elit untuk memamerkan keyakinan dan kekuasaan mereka.  Cara yang sama simbol-simbol okult dipasang pada gedung-gedung serta situs atau tempat tertentu (lihat misalnya bagian the Sinister Sites), simbol-simbol tersebut mereka pasang tersembunyi dari pandangan langsung dalam logo-logo perusahaan.  Kita sekarang akan menyelidiki asal-usul serta arti simbol-simbol yang digunakan di dalam logo.  Tulisan ini akan memusatkan perhatian kepada simbol the Winged Sun-disk - piringan Bersayap-Matahari, the Vesica Piscis serta matahri terbit.  Tulisan lainnya akan membahas simbol-simbol yang berbeda.

Piringan Bersayap-Matahari (The Winged Sun-Disk)

Simbol kuno ini umumnya dihubungkan dengan Mesir, meskipun juga digunakan oleh bangsa Persia dan Asyiria termasuk oleh budaya-budaya yang berjauhan letaknya dengan wilayah tersebut, yaitu di Amerika Latin dan Australia.  Simbol tersebut terdiri dari sebuah bulatan Matahari diapit oleh dua buah sayap.  Secara tradisional bangsa Mesir  menggambar dua ekor ular di atas sayapnya yang merepresentasikan dewa-dewa yang melindungi Upper dan Lower Egypt.  Thomas Milton Stewart menjelaskan mengenai arti dari mitos tersebut:

"Horus,  Sang Penebus bangsa Mesir, dilahirkan ke dunia oleh seorang perawan untuk menghancurkan musuh Dewa agung, Ra.  Kemudian Horus merubah wujud dirinya menjadi Piringan Matahari-Bersayap, bersamanya Dewi Nekhebet dan Uatchit yang kemudian wujudnya berubah kedalam bentuk dua ekor ular.  Setelah berhasil dalam peperangannya melawan musuh Ra, Horus memerintahkan kepada Thoth, Dewa Kebijakan Rahasia, bahwa  Piringan Matahari-Bersayap dengan dua ekor ularnya harus di bawa ke semua tempat suci dewa bumi di Selatan dan Utara."

Selanjutnya pengarang menjelaskan mengenai simbolisme:

""Maksud simbolis yang terdapat dalam legenda di atas sudah sangat tua umurnya, simbol-simbol tersebut berasal dari periode paling awal.  Piringan bersayap, yang dalam kata hieroglyphic berarti "to become-menjadi - to be - jadi - to create-menciptakan," merupakan sebuah bagian dari barang-barang perhiasan simbolis setiap kuil, dipajang di atas setiap pintu gerbang dan pintu keluar-masuk, serta merupakan sebuah simbol paling awal mengenai ungkapan kehidupan setelah kematian yang sampai kepada kita dewasa ini"
-Thomas Milton Stewart, Symbolism of the Gods of the Egyptians and the Light They Throw on Freemasonry

Simbol tersebut merupakan sebuah gambaran kenaikan ruh kepada Ketuhanan, dengan bantuan ular-ular pengetahuan dan kebijakan.

"Dan arti daripada Piringan-Matahari Bersayap adalah, - Dia adalah merupakan simbol kesempurnaan Aspirasi terhadap Ketuhanan, Pensucian diri daripada alam yang berada di bawahnya, dan merupakan pendakian akhir untuk bersatu dengan Yang Satu."
-G.A. Gaskell, Egyptian Scriptures Interpreted Through the Language of Symbolism Present in All Inspired Writings

Para mistikus orang Mesir menggunakan simbol matahari bersayap untuk ritus sihir dan doa:

"Unsur simbolis dari udara, ini terdiri dari sebuah lingkaran atau piringan tipe-matahari disertai dua buah sayap.  Dalam ritus sihir ini menutupi alter arah ke timur serta dipergunakan saat memohon perlindungan dan kerjasama dengan para peri."
-Hope, Murry, Practical Egyptian Magic

Matahari bersayap masih digunakan dewasa ini oleh beberapa kelompok seperti Freemason, Theosofi dan Rosicrucian.

""Bola Dunia Bersayap dikenal sebagai sebuah simbol Rosicrucian, meskipun Illuminati mungkin biasa mengklaimnya, dan mungkin diakuinya bahwa Bola Dunia Bersayap berasal dari Mesir.  Bola Dunia Bersayap merupakan simbol kesempurnaan jiwa yang membuatmya terbang kembali kepada sumber penciptaan di bawah medan Elysian."
-Swinburne, Clymer, The Rosicrucians Their Teachings

Jadi simbol kuno yang merupakan mistik dan sihir merepresentasikan kesempurnaan jiwa telah bertahan selama mileniuman dan masih digunakan untuk tujuan yang sama dewasa ini.  Di bawah ini Anda lihat simbol matahari-bersayap  dipasang  pada gedung-gedung Rosicrucian dan Masonik:

Pintu Masuk Taman Rosicrucian

The winged sun suspended over the Worshipful Master's throne in the Egyptian room of a Masonic Temple Grand Lodge

Karena sayap berarti  transportasi dari jiwa yang sempurna, simbol ini digunakan pada industri otomotif..

The winged sun but with an all-seeing eye instead of the sun

Bentley logo

Mini Cooper logo

Harley Davidson winged logo

Aston Martin logo

Stylized winged sun-disk used as Chevrolet logo

Southwest Airlines Logo

The Vesica Piscis

Simbol kuno ini tampilannya dibentuk oleh dua buah lingkaran yang bersambungan dan merupakan bagian dari geometri keramat.  "Piscis" merujuk kepada fakta bahwa bagian tpada engahnya menyerupai seekor ikan (piscis).  Arti mistiknya selalu diselimuti misteri namun umumnya sependapat bahwa simbol tersebut merepresentasikan prinsip wanita -  yaitu "pukas Dewi"

""Vesica Piscis, dua buah lingkaran yang bersambungan, juga dikenal sebagai "Yoni".  Nama "Yoni" menunjuk pada bagian tengah dari lingkaran yang bersambungan, berasal dari kata Sansekerta yang berarti, "jalan ketuhanan".  Yoni adalah feminin, Yoni harus dipandang sebagai jalan ketuhanan yang menjadi sebuah korelasi kepada seks, atau penyatuan laki-laki/perempuan.  Inilah pertaliannya, dan hal itu berhubungan dengan kelahiran kembali serta regenerasi tetap yang merupakan sebuah kepercayaan dasar yang sangat inti dari  pondasi struktural Okult."
John Yarker, The Arcane Schools

Agama Kristen awal seringkali merepresentasikan Kristus di dalam sebuah Vesica Piscis, menggambarkan rahim seorang perawan.

Vesica piscis juga mempunyai arti penting dalam Freemasonry:

"Vesica" merupakan sebuah eksponen arsitektur universal atau Masonry, dan sumber asli atau sumber darimana  tanda-tanda dan simbol-simbol berasal -- terdapat rahasia besar dan berlangsung terus dari persaudaraan kuno kami."
-George Oliver, Discrepancies of Masonry

Albert G. Mackey membicarakan penggunaan vesica dalam Masonry awal :

""Sebagai sebuah simbol, Vesica seringkali dipakai sebagai sebuah dekorasi oleh Freemason pada Abad Pertengahan.  Semua stempel perguruan tinggi-perguruan tinggi, biara-biara dan komunitas keagamaan lainnya, juga baju kependetaan seseorang, secara beragam menggunakan bentuk simbol ini.   Karena itu mengenai karakter keagamaan dari Lembaga, diusulkan bahwa cap untuk Loji Masonik  juga harus mempunyai bentuk seperti itu, daripada menggunakan bentuk bundar yang dipakai sekarang ini."
Albert G. Mackey, Encyclopedia of Freemasonry

Kita dapat melihat penggunaan khas Vesica pada stempel Masonik:

Seal of Academia lodge #847

Mungkin karena Vesica asosiasinya dengan seksualitas, ia digunakan oleh perusahaan pakaian juga digunakan oleh merek lain

Chanel Logo

Gucci Logo

DC Shoes Logo

MasterCard Logo

Kool Logo

Matahari Terbit

Simbol matahari terbit dapat dihubungkan dengan penyembahan kepada matahari.  Pada zaman Mesir kuno, diasosiasikan dengan Horus.  Para okultis menganggapnya merepresentasikan zaman baru Aquarius dan kedatangan radiasi baru dari inti galaksi, yaitu the "Golden Dawn".  Matahari bersinar juga dihubungkan dengan konsep Promethean/Luciferian yang membawa api (ilmu pengetahuan) kepada manusia.

"Pengulangan model mitos tokoh-tokoh revolusioner- Marx muda, awal yang didominasi oleh idealisme, saat Lenin dari Rusia yang merupakan Prometheus, yang mencuri api dari para dewa untuk digunakan kepada manusia.  Kepercayaan pengikut revolusioner Prometheus dalam banyak hal serupa, yang juga menyangkut keyakinan umum modern  menganggap bahwa sains akan membimbing manusia ke luar dari kegelapan menuju cahaya.   Akan tetapi di sana juga lebih banyak menunjuk kepada asumsi  milenia bahwa, pada hari baru menyingsing, matahari tidak akan pernah terbenam.  Selama awal pergolakan Revolusi Perancis lahir sebuah "mitos  revolusi matahari" memberi kesan bahwa matahari terbit pada era baru yang mana kegelapan akan lenyap selama-lamanya.  Gambaran ini menjadi tertanam 'pada tingkat alam bawah sadar bahwa penafsiran secara serempak sesuatu yang nyata menghasilkan sebuah realitas baru."   -James H. Billington, Fire in the Minds of Men

Manly P. Hall menjelaskan mengenai arti matahari terbit dalam kaitannya dengan perkumpulan rahasia seperti  Freemasonry.

"Penurunan langsung program esensiil Sekolah-sekolah Esoterik dipercayakan kepada kelompok  yang sudah dikondisikan dengan baik untuk melaksanakannya.  The Guilds, serikat buruh dan Perkumpulan-perkumpulan kebajikan yang bersifat melindungi yang secara internal diperkuat melalui pengenalan sebuah pengajaran baru. Kemajuan rencana memerlukan perluasan perbatasan dengan ketegasan filosofis.   Sebuah Dunia Persaudaraan diperlukan yang didukung oleh sebuah  program pendidikan yang mendalam dan luas menurut "metoda".  Sebuah Persaudaraan seperti itu tidak dapat dengan seketika menyertakan semua orang, namun persaudaraan dapat mempersatukan kegiatan-kegiatan jenis-jenis tertentu manusia, dengan mengabaikan kesukuan atau keyakinan agama atau bangsa dimana mereka bertempat tinggal.  Mereka inilah merupakan manusia ‘berkualitas,’  merekalah anak-anak masa depan, yang simbolnya adalah ... sebuah matahari terbit yang memncarkan cahaya di atas pegunungan timur."
-Manly P. Hall, Masonic Orders of Fraternity

Dengan kata lain, matahari terbit menggambarkan inisiasi perkumpulan-perkumpulan rahasia.  Simbol ini sebagai logo digunakan oleh sejumlah perushaan:

Di dalam kulit kerang (menggambarkan dewi Venus), matahari terbit

Sun low on the horizon in Days Inn logo

Ini bukan chip kentang, ini adalah matahari terbit

Yang paling berperan dalam membangkitkan kesadaran Anda ... adalah sinbolisme okult pada cangkir Anda

Obama juga menggunakan simbol matahari yang memancarkan cahaya.  Ia adalah seorang anggota tingkat ke-32 Prince Hall Mason, apakah Anda tidak tahu?

Kesimpulan

Tulisan pertama ini merupakan rangkaian artikel yang membahas mengenai simbol-simbol okult yang digunakan  pada logo perusahaan.  Saya tidak memulai dengan simbol yang paling jelas atau yang paling keji, akan tetapi banyak contoh-contoh bagus dari kedalaman simbolisme esoterik dalam kultur yang berkembang dalam masyarakat.   Apakah maksud mereka dengan menyisipkan simbol-simbol okult ke dalam logo?. Hal itu tentu saja merupakan pertunjukkan kekuasaan angkuh  yang dilakukan oleh para elit ataukah merupakan sebuah cara dalam rangka menyelenggarakan ritus Mystery Religions? Para ahli Esoterik menegaskan bahwa simbol-simbol tersebut pencapaian dampak sihirnya dalam terhadap rakyat:

"Sudah diketahui bahwa alam Bawah Sadar, apakah perorangan atau secara kolektif bekerja dengan pedoman gambar-gambar atau lukisan-lukisan, cara berbicara dalam menyampaikan pesan merupakan sebuah perkembangan baru yang komparatif. [...] Sihir - Magic [...] mengajak bicara kepada pikiran bawah sadar manusia melalui gambar-gambar kuno berupa simbol dan ritus, dengan demikian menghasilkan "perubahan-perubahan dalam alam bawah sadar manusia" sesuai yang diminta oleh si penyihir."
- W. E. Butler, Magic; It's Ritual, Power and Purpose

Mempertimbangkan fakta bahwa para anggota perkumpulan okult seperti Freemasonry mereka mempelajari Sihir dan kekuatan-kekuatan yang berada di balik simbol, oleh karena itu tidak diragukan lagi bahwa banyak perusahaan menterapkan logo-logonya dengan ilmu pengetahuan kuno ini.  Beberapa logo bahkan dicurigai sebagai cap (seal), yang merupakan simbol yang dibebani kekuatan sihir yang difokuskan ke alam bawah sadar manusia dalam rangka melaksanakan tugas-tugas tertentu.  Dengan kata lain, simbol-simbol itu lebih kuat daripada yang Anda kira.  Stay tuned for part two.

Diterjemahkan oleh: akhirzaman.info

Sumber: http://vigilantcitizen.com/?p=809

Read rest of entry

Rabu, November 24, 2010

Sejarah Terbentuknya Atheis (tdk percaya tuhan)

Ateisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan dan dewa-dewi ataupun penolakan terhadap teisme.Dalam pengertian yang paling luas, ia adalah ketiadaan kepercayaan pada keberadaan dewa atau Tuhan.

Istilah ateisme berasal dari Bahasa Yunani ἄθεος (atheos), yang secara peyoratif digunakan untuk merujuk pada siapapun yang kepercayaannya bertentangan dengan agama/kepercayaan yang sudah mapan di lingkungannya. Dengan menyebarnya pemikiran bebas, skeptisisme ilmiah, dan kritik terhadap agama, istilah ateis mulai dispesifikasi untuk merujuk kepada mereka yang tidak percaya kepada tuhan. Orang yang pertama kali mengaku sebagai "ateis" muncul pada abad ke-18. Pada zaman sekarang, sekitar 2,3% populasi dunia mengaku sebagai ateis, manakala 11,9% mengaku sebagai nonteis. Sekitar 65% orang Jepang mengaku sebagai ateis, agnostik, ataupun orang yang tak beragama; dan sekitar 48%-nya di Rusia.[7] Persentase komunitas tersebut di Uni Eropa berkisar antara 6% (Italia) sampai dengan 85% (Swedia).

Banyak ateis bersikap skeptis kepada keberadaan fenomena paranormal karena kurangnya bukti empiris. Yang lain memberikan argumen dengan dasar filosofis, sosial, atau sejarah.

Pada kebudayaan Barat, ateis seringkali diasumsikan sebagai tak beragama (ireligius).

Beberapa aliran Agama Buddha tidak pernah menyebutkan istilah 'Tuhan' dalam berbagai upacara ritual, namun dalam Agama Buddha konsep ketuhanan yang dimaksud mempergunakan istilah Nibbana. Karenanya agama ini sering disebut agama ateistik. Walaupun banyak dari yang mendefinisikan dirinya sebagai ateis cenderung kepada filosofi sekuler seperti humanisme,] rasionalisme, dan naturalisme, tidak ada ideologi atau perilaku spesifik yang dijunjung oleh semua ateis.

Pelopor Atheis

Penulis Perancis abad ke-18, Baron d'Holbach adalah salah seorang pertama yang menyebut dirinya ateis. Dalam buku The System of Nature (1770), ia melukiskan jagad raya dalam pengertian materialisme filsafat, determinisme yang sempit, dan ateisme. Buku ini dan bukunya Common Sense (1772) dikutuk oleh Parlemen Paris, dan salinan-salinannya dibakar di depan umum.

 

 

Ateisme, agama, dan moralitas

Karena ketiadaan Tuhan pencipta, Agama Buddha umumnya dideskripsikan sebagai nonteis.
Walaupun orang yang mengaku sebagai ateis biasanya diasumsikan tak beragama, beberapa sekte agama tertentu pula ada yang menolak keberadaan dewa pencipta yang personal.

Pada akhir-akhir ini, aliran-aliran keagamaan tertentu juga telah menarik banyak penganut yang secara terbuka ateis, seperti misalnya Yahudi ateis atau Yahudi humanis dan Kristen ateis.

Dikarenakan artian paling kaku ateisme positif tidak memerlukan kepercayaan spesifik apapun diluar ketidakpercayaan pada dewa/tuhan, ateis dapat memiliki kepercayaan spiritual apapun. Untuk alasan yang sama pula, para ateis dapat berpegang pada berbagai kepercayaan etis, mulai dari universalisme moral humanisme, yang berpandangan bahwa nilai-nilai moral haruslah diterapkan secara konsisten kepada seluruh manusia, sampai dengan nihilisme moral, yang berpendapat bahwa moralitas adalah hal yang tak berarti.

Walaupun ia merupakan kebenaran filosofis, yang secara ringkas dipaparkan dalam karya Plato dilema Euthyphro bahwa peran tuhan dalam menentukan yang benar dari yang salah adalah tidak diperlukan maupun adalah sewenang-wenang, argumen bahwa moralitas haruslah diturunkan dari Tuhan dan tidak dapat ada tanpa pencipta yang bijak telah menjadi isu-isu yang terus menerus muncul dalam debat politik. Persepsi moral seperti "membunuh adalah salah" dilihat sebagai hukum Tuhan, yang memerlukan pembuat hukum dan hakim.

Namun, banyak ateis yang berargumen bahwa memperlakukan moralitas secara legalistik adalah analogi salah, dan bahwa moralitas tidak seperlunya memerlukan seorang pencipta hukum sama halnya hukum itu sendiri.

Filsuf Susan Neiman dan Julian Baggini menegaskan bahwa perilaku etis yang dilakukan hanya karena mandat Yang Di atas bukanlah perlaku etis yang sebenarnya, melainkan hanyalah kepatuhan buta. Baggini berargumen bahwa ateisme merupakan dasar etika yang lebih superior, dan mengklaim bahwa dasar moral di luar perintah agama adalah diperlukan untuk mengevaluasi moralitas perintah itu sendiri.

Sebagai contoh, perintah "anda haruslah mencuri" adalah amoral bahkan jika suatu agama memerintahkannya, sehingga ateis memiliki keuntungan untuk dapat lebih melakukan evaluasi tersebut daripada umat beragama yang mematuhi perintah agamanya sendiri.

Filsuf politik kontemporer Britania Martin Cohen menawarkan contoh historis perintah Alkitab yang menganjurkan penyiksaan dan perbudakan sebagai bukti bahwa perintah-perintah religius mengikuti norma-norma sosial dan politik, dan bukannya norma-norma sosial dan politik yang mengikuti perintah religius.

Namun ia juga mencatat bahwa kecenderungan yang sama jugalah terjadi pada filsuf-filsuf yang tidak memihak dan objektif. Cohen memperluas argumen ini dengan lebih mendetail pada Political Philosophy from Plato to Mao dalam kasus kitab Al-Qur'an yang ia lihat telah memiliki peran yang disesalkan dalam memelihara kode-kode sosial zaman pertengahan di tengah-tengah perubahan masyarakat sekuler.

Walaupun demikian, para ateis seperti Sam Harris berargumen bahwa kebergantungan agama Barat pada otoritas Yang Di Atas berkontribusi pada otoritarianisme dan dogmatisme. Sebenarnya pula, fundamentalisme agama dan agama ekstrinsik (agama dipeluk karena ia lebih menguntungkan) berkorelasi dengan otoritarianise, dogmatisme, dan prasangka. Argumen ini, bersama dengan kejadian-kejadian historis seperti Perang Salib, Inkuisisi, dan penghukuman tukang sihir, sering digunakan oleh para ateis yang antiagama untuk membenarkan pandangan mereka.

Penyebaran Atheis


Adalah sulit untuk menghitung jumlah ateis di dunia. Para responden survei dapat mendefinisikan "ateisme" secara berbeda-beda ataupun menarik garis batas yang berbeda antara ateisme, kepercayaan non-religius, dan kepercayaan religius non-teis dan spiritual.

Selain itu, masyarakat di beberapa belahan dunia enggan melaporkan dirinya sebagai ateis untuk menghindari stigma sosial, diskriminasi, dan penganiayaan. Survei tahun 2005 yang dipublikasi dalam Encyclopædia Britannica menunjukkan bahwa kelompok non-religius mencapai sekitar 11,9% populasi dunia, dan ateis sekitar 2,3%.

Jumlah ini tidak termasuk orang-orang yang memeluk agama ateistik, seperti agama Buddha. Survei November-Desember 2006 yang dilakukan di Amerika Serikat dan lima negara Eropa, dan dipublikasi di Financial Times menunjukkan bahwa orang Amerika (73%) cenderung lebih percaya kepada tuhan/dewa atau makhluk tertinggi dalam bentuk apapun daripada orang Eropa.

Di antara orang dewasa Eropa yang disurvei, orang Italia adalah yang paling banyak percaya (62%) dan orang Perancis adalah yang paling rendah (27%). Di Perancis, 32% mengaku dirinya sebagai ateis, dan 32% lainnya mengaku sebagai agnostik. Survei resmi

Uni Eropa memberikan hasil-hasil berikut: 18% populasi Uni Eropa tidak percaya pada tuhan; 27% yakin akan keberadaan beberapa "makhluk harus atau roh", manakala 52% percaya pada tuhan-tuhan tertentu. Proporsi orang yang percaya naik menjadi 65% pada orang-orang yang putus sekolah pada usia 15; responden survei yang menganggap dirinya berasal dari latar belakang keluarga yang keras juga lebih cenderung percaya pada tuhan daripada yang merasa dirinya tumbuh di lingkungan tanpa aturan yang keras.

Sebuah surat yang dipublikasi di Nature pada tahun 1998 melaporkan sebuah survei bahwa kepercayaan pada tuhan personal ataupun kehidupan setelah mati berada dalam posisi terendah di antara para anggota Akademi Sains Nasional Amerika Serikat, hanya 7,0% anggota yang percaya pada tuhan personal, dibandingkan dengan lebih dari 85% masyarakat AS secara umumnya.

Pada tahun yang sama pula, Frank Sulloway dari Institut Teknologi Massachusetts dan Michael Shermer dari California State University melakukan sebuah kajian yang menemukan bahwa pada sampel survei mereka yang terdiri dari orang dewasa AS yang "dipercayai" (12% Ph.D dan 62% lulusan perguruan tinggi), 64%-nya percaya pada Tuhan, dan terdapat sebuah korelasi yang mengindikasikan menurunnya tingkat kepercayaan seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan.

Korelasi yang berbanding terbalik antara keimanan dengan kecerdasan juga telah ditemukan pada 39 kajian yang dilakukan antara tahun 1927 sampai dengan tahun 2002, menurut sebuah artikel dalam Majalah Mensa. Penemuan ini secara luas sesuai dengan meta-analisis statistis tahun 1958 yang dilakukan oleh Profesor Michael Argyle dari Universitas Oxford.

Ia menganalisa tujuh kajian riset yang telah menginvestigasi korelasi antara sikap terhadap agama dengan pengukuran kecerdasan pada pelajar-pelajar sekolah dan perguruan tinggi AS. Walaupun korelasi negatif ditemukan dengan jelas, analisis ini tidak mengidentifikasi sebab musababnya, namun menilai bahwa faktor-faktor seperti latar belakang keluarga yang otoriter dan kelas sosial mungkin memainkan sebagian peran penting.

Pada sensus pemerintah Australia pada tahun 2006, pada pertanyaan yang menanyakan Apakah agama anda? Dari keseluruhan populasi, 18,7% mencentang kotak tak beragama ataupun menulis sebuah respon yang diklasifikasikan sebagai non-religius (humanisme, agnostik, ateis). Pertanyaan ini bersifat sukarela dan 11,2% tidak menjawab pertanyaan ini.[60] Pada sensus Selandia Baru 2006 yang menanyakan Apakah agama anda?, 34,7% mengindikasikan tidak beragama, 12,2% tidak merespon ataupun keberatan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Dasar pemikiran Atheis

Batasan dasar pemikiran ateistik yang paling luas adalah antara ateisme praktis dengan ateisme teoretis. Bentuk-bentuk ateisme teoretis yang berbeda-beda berasal dari argumen filosofis dan dasar pemikiran yang berbeda-beda pula. Sebaliknya, ateisme praktis tidaklah memerlukan argumen yang spesifik dan dapat meliputi pengabaian dan ketidaktahuan akan pemikiran tentang tuhan/dewa.

Ateisme praktis:

Dalam ateisme praktis atau pragmatis, yang juga dikenal sebagai apateisme, individu hidup tanpa tuhan dan menjelaskan fenomena alam tanpa menggunakan alasan paranormal. Menurut pandangan ini, keberadaan tuhan tidaklah disangkal, namun dapat dianggap sebagai tidak penting dan tidak berguna; tuhan tidaklah memberikan kita tujuan hidup, ataupun mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Salah satu bentuk ateisme praktis dengan implikasinya dalam komunitas ilmiah adalah naturalisme metodologis, yaitu pengambilan asumsi naturalisme filosofis dalam metode ilmiah yang tidak diucapkan dengan ataupun tanpa secara penuh menerima atau mempercayainya."

Ateisme praktis dapat berupa
* Ketiadaan motivasi religius, yakni kepercayaan pada tuhan tidak memotivasi tindakan moral, religi, ataupun bentuk-bentuk tindakan lainnya;
* Pengesampingan masalah tuhan dan religi secara aktif dari penelusuran intelek dan tindakan praktis;
* Pengabaian, yakni ketiadaan ketertarikan apapun pada permasalahan tuhan dan agama; dan
* Ketidaktahuan akan konsep tuhan dan dewa.

Ateisme teoretis

Ateisme teoretis secara eksplisit memberikan argumen menentang keberadaan tuhan, dan secara aktif merespon kepada argumen teistik mengenai keberadaan tuhan, seperti misalnya argumen dari rancangan dan taruhan Pascal. Terdapat berbagai alasan-alasan teoretis untuk menolak keberadaan tuhan, utamanya secara ontologis, gnoseologis, dan epistemologis. Selain itu terdapat pula alasan psikologis dan sosiologis.

Argumen

 Argumen epistemologis dan ontologis :

Ateisme epistemologis berargumen bahwa orang tidak dapat mengetahui Tuhan ataupun menentukan keberadaan Tuhan. Dasar epistemologis ateisme adalah agnostisisme. Dalam filosofi imanensi, ketuhanan tidak dapat dipisahkan dari dunia itu sendiri, termasuk pula pikiran seseorang, dan kesadaran tiap-tiap orang terkunci pada subjek.

Menurut bentuk agnostisisme ini, keterbatasan pada perspektif ini menghalangi kesimpulan objektif apapun mengenai kepercayaan pada tuhan dan keberadaannya. Agnostisisme rasionalistik Kant dan Pencerahan hanya menerima ilmu yang dideduksi dari rasionalitas manusia.

Bentuk ateisme ini memiliki posisi bahwa tuhan tidak dapat dilihat sebagai suatu materi secara prinsipnya, sehingga tidak dapat diketahui apakah ia ada atau tidak. Skeptisisme, yang didasarkan pada pemikiran Hume, menegaskan bahwa kepastian akan segala sesuatunya adalah tidak mungkin, sehingga seseorang tidak akan pernah mengetahui keberadaan tentang Tuhan. Alokasi agnostisisme terhadap ateisme adalah dipertentangkan; ia juga dapat dianggap sebagai pandangan dunia dasar yang independen.

Argumen lainnya yang mendukung ateisme yang dapat diklasifikasikan sebagai epistemologis ataupun ontologis meliputi positivisme logis dan ignostisisme, yang menegaskan ketidakberartian ataupun ketidakterpahaman istilah-istilah dasar seperti "Tuhan" dan pernyataan seperti "Tuhan adalah mahakuasa." Nonkognitivisme teologis memiliki posisi bahwa pernyataan "Tuhan ada" bukanlah suatu dalil, namun adalah omong kosong ataupun secara kognitif tidak berarti.

Argumen metafisika

Ateisme metafisik didasarkan pada monisme metafisika, yakni pandangan bahwa realitas adalah homogen dan tidak dapat dibagi. Ateis metafisik absolut termasuk ke dalam beberapa bentuk fisikalisme, sehingga secara eksplisit menolak keberadaan makhluk-makhluk halus. Ateis metafisik relatif menolak secara implisit konsep-konsep ketuhanan tertentu didasarkan pada ketidakkongruenan antara filosofi dasar mereka dengan sifat-sifat yang biasanya ditujukan kepada tuhan, misalnya transendensi, sifat-sifat personal, dan keesaan tuhan. Contoh-contoh ateisme metafisik relatif meliputi panteisme, panenteisme, dan deisme.

Argumen psikologis, sosiologis, dan ekonomi

Para filsuf seperti Ludwig Feuerbach dan Sigmund Freud berargumen bahwa Tuhan dan kepercayaan keagamaan lainnya hanyalah ciptaan manusia, yang diciptakan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan psikologis dan emosi manusia.

Hal ini juga merupakan pandangan banyak Buddhis.[43] Karl Marx dan Friedrich Engels, dipengaruhi oleh karya Feuerbach, berargumen bahwa kepercayaan pada Tuhan dan agama adalah fungsi sosial, yang digunakan oleh penguasa untuk menekan kelas pekerja.

Menurut Mikhail Bakunin, "pemikiran akan Tuhan mengimplikasikan turunnya derajat akal manusia dan keadilan; ia merupakan negasi kebebasan manusia yang paling tegas, dan seperlunya akan berakhir pada perbudakan umat manusia, dalam teori dan prakteknya." Ia membalikkan aforisme Voltaire yang terkenal yang berbunyi jika "Tuhan tidak ada, maka adalah perlu untuk menciptakanNya", dengan menulis: "Jika Tuhan benar-benar ada, maka adalah perlu untuk menghapusnya."

Argumen logis dan berdasarkan bukti

Ateisme logis memiliki posisi bahwa berbagai konsep ketuhanan, seperti tuhan personal dalam kekristenan, dianggap secara logis tidak konsisten. Para ateis ini memberikan argumen deduktif yang menentang keberadaan Tuhan, yang menegaskan ketidakcocokan antara sifat-sifat tertentu Tuhan, misalnya kesempurnaan, status pencipta, kekekalan, kemahakuasaan, kemahatahuan, kemahabelaskasihan, transendensi, kemahaadilan, dan kemahapengampunan Tuhan.

Ateis teodisi percaya bahwa dunia ini tidak dapat dicocokkan dengan sifat-sifat yang terdapat pada Tuhan dan dewa-dewi sebagaimana yang diberikan oleh para teolog. Mereka berargumen bahwa kemahatahuan, kemahakuasaan, dan kemahabelaskasihan Tuhan tidaklah cocok dengan dunia yang penuh dengan kejahatan dan penderitaan, dan welas kasih tuhan/dewa adalah tidak dapat dilihat oleh banyak orang. Argumen yang sama juga diberikan oleh Siddhartha Gautama, pendiri Agama Buddha.

Argumen antroposentris:

Ateisme aksiologis atau konstruktif menolak keberadaan tuhan, dan sebaliknya menerima keberadaan "kemutlakan yang lebih tinggi" seperti kemanusiaan. Ateisme dalam bentuk ini menganggap kemanusiaan sebagai sumber mutlak etika dan nilai-nilai, dan mengizinkan individu untuk menyelesaikan permasalahan moral tanpa bergantung pada Tuhan. Marx, Nietzsche, Freud, dan Sartre semuanya menggunakan argumen ini untuk menyebarkan pesar-pesan kebebasan, Übermensch, dan kebahagiaan tanpa kekangan.

Salah satu kritik yang paling umum terhadap ateisme adalah bahwa menolak keberadaan Tuhan akan membawa pada relativisme moral, menyebabkan seseorang tidak bermoral ataupun tidak memiliki dasar etika, atau membuat hidup tidak berarti dan menyedihkan. Blaise Pascal memaparkan argumen ini pada tahun 1669

Read rest of entry

Selasa, November 16, 2010

Rothschild Ambil Alih Berau dan Bumi Resources Rp 27 Triliun


(Foto: dok BUMI)

Jakarta - Vallar Plc, perusahaan raksasa milik keluarga Rothschild mengambil alih 75% saham PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) dan 25% saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) senilai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 27 triliun.

"Vallar Plc akan mengambil alih 75% saham BRAU dan 25% saham BUMI senilai US$ 3 miliar," ujar sumber detikFinance, Selasa (16/11/2010).

Vallar Plc merupakan perusahaan investasi milik keluarga Rothschild yang merupakan bankir terkaya di dunia. Vallar baru saja menggelar IPO raksasa di Bursa London senilai US$ 1,07 miliar atau Rp 9 triliun pada Juli 2010.

Harga akuisisi saham BRAU akan dilakukan pada Rp 540 per saham, sedangkan harga akuisisi BUMI di harga Rp 2.500 per saham.

http://www.detikfinance.com/read/2010/11/16/144810/1495627/6/rothschild-ambil-alih-berau-dan-bumi-resources-rp-27-triliun

Read rest of entry

Indra Bakrie Pimpin Perusahaan Rothschild

Jakarta - Indra Bakrie, adik pengusaha kaya Nirwan dan Aburizal Bakrie dijagokan menjadi Komisaris Utama Vallar Plc, perusahaan milik keluarga Rothschild. Direktur Utama PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dijagokan untuk menjadi Direktur Utama Vallar.

"Indra Bakrie menjadi Komisaris Utama, sedangkan Ari Hudaya diusulkan menjadi CEO," ujar sumber detikFinance, Selasa (16/11/2010).

Indra Bakrie dijagokan sebagai Komisaris Utama lantaran ia merupakan pewaris tahta Nirwan Bakrie. Ari Hudaya dijagokan menjadi pimpinan Vallar Plc karena posisinya saat ini sebagai Direktur Utama BUMI.

Vallar Plc akan mengakuisisi 5,2 miliar saham BUMI atau sekitar 25% saham di harga Rp 2.500 per saham. Sebagai gantinya, PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR) akan memiliki 43% saham Vallar Plc melalui eksekusi 50,5 juta saham baru Vallar seharga GBP 10 per saham.

Dengan demikian, BNBR akan menjadi induk usaha Vallar Plc, sedangkan Vallar Plc akan memiliki 25% saham BUMI. Valar pun akan berganti nama menjadi Bumi Plc.

Vallar Plc merupakan perusahaan investasi milik keluarga Rothschild yang merupakan bankir terkaya di dunia. Vallar baru saja menggelar IPO raksasa di Bursa London senilai US$ 1,07 miliar atau Rp 9 triliun pada Juli 2010. (dro/qom)

http://www.detikfinance.com/read/2010/11/16/153803/1495710/6/indra-bakrie-pimpin-perusahaan-rothschild

Read rest of entry

Rabu, November 10, 2010

Terciptanya Pancasila sbg Dasar Negara Indonesia

imagePada tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945, Badan Penyelidik menyelenggarakan persidangan yang sifatnya rahasia. Acara sidang tersebut membahas tentang dasar dan bentuk negara. Dalam persidangan tersebut banyak pidato-pidato yang disampai-kan, namun yang diketahui secara umum hanyalah pidato-pidato ; 1 Dari Mr. M Yamin 2. Dari Mr. Soepomo., dan 3.Dari Ir. Soekarno.


Adapun pidato-pidato dari anggota-angota yang lain, sampai saat ini belum diketahui. Seandainya naskah-naskah tersebut masih ada maka hendaklah instansi yang berwenang segera mendokumentasikan dan mengumumkannya ke masyarakat umum. Apalagi naskah-naskah tersebut tidak bisa dilepaskan dari proses perkembangan perjuangan pergerakan kemerdekaan Bangsa Indonesia, maka sangatlah penting naskah-naskah tersebut untuk penulisan sejarah kebangsaan Indo-nesia.

Kemudian pada hari ke-3 sidang I, yaitu tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno tampil menyampaikan pidatonya tentang “Philosofische Gronslag” atau Landasan Dasar Filsafat Undang-Undang Dasar Yang Sedang Dipersiapkan. Dan pidatonya Ir. Soekarno atau Bung Karno itu muncullah pemahaman umum, lahirnya Panca-sila. Didalam sidang tersebut, Bung Karno menyampaikan argumentasinya tentang sebutan Pancasila.

“Saudara-saudara! Dasar-dasar negara telah saya usulkan, lima bilangannya. Inilah Panca Darma? Bukan! Nama Panca Darma tidak tepat di sini. Dharma berarti kewajiban, sedang kita membicarakan dasar. Saya senang kepada simbolik, simbolik angka pula. Rukun Islam lima jumlahnya, jari kita lima setangan, kita mempunyai panca indera, apalagi yang lima bilangannya (seorang yang hadir menjawab) Pandawa Lima, Pendawa-pun lima orangnya. Sekarang banyaknya prinsip ; Kebangsaan, Internasionalisme, Mufakat, Kesejahteraan, dan Ketuhanan, lima pula bilangannya”

“Namanya bukan Panca Dharma tetapi saya namakan dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa, namanya ialah “Pancasila” Sila artinya Azaz atau Dasar, dan diatas lima dasar itulah kita mendirikan negara Indo-nesia, kekal dan abadi” Demikianlah kutipan pidatonya Bung Karno tentang pemberian nama terhadap azaz-azaz kenegaraan.
Dan pada dasarnya istilah Pancasila itu adalah merupakan tuntunan akhlaq (code of morality) dari literatur umat Budha, yang biasanya perkataan tersebut disingkat menjadi “Pansil”. Menurut ajaran Budha bahwa Pancasila itu di dalam Vinaya adalah peraturan-peraturan untuk menjauhkan diri dari pembunuhan, mencuri, kebejatan/kejahatan sexual, kepalsuan dan minuman yang memabukkan.

Jadi Pancasila itu berasal dari negeri India sebagai ajaran Sang Sidharta Gautama. Kemudian oleh Raja Asyoka di India, Pancasila dijadikan suatu dasar akhlak (code of morality) bagi rakyatnya demi kemajuan kehidupan rohani rakyat di Kerajaan Asyoka.
Menurut Almukarom Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah Kyai Moch. Mochtar Mu’thi bahwa Shidharta Gautama itu adalah Nabi Dzulkifli As. Dawuh beliau bersumber dari Kitab Tafsir Qosimi. Sepeninggal Sang Budha Sidharta Gautama perkembangan agama Budha semakin pesat di luar India, termasuk perkembangan Budhisme di tanah air kita bersama Pancasilanya.

Maka dapat disimpulkan bahwa Pancasila itu bukanlah istilah Baru bagi bangsa Indonesia karena Pancasila merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dasar-dasar tuntunan akhlak penganut Budha. Apalagi di negara kita berabad-abad yang lalu di jaman kekuasaan Sriwijaya, negeri kita pernah menjadi pusat perkembangan agama Budha seluruh dunia.

Meskipun kerajaan Sriwijaya telah sirna dari bumi Indonesia dan agama Budha pun telah terbenam bersama terbenamnya matahari kekuasaan Sriwijaya di bumi Indonesia. Namun endapan-endapan Pancasila sebagai code of morality agama Budha masih tumbuh subur di kalangan orang-orang Jawa tradisional sebagai larangan-larangan yang disebut “MO-LIMO” (Lima – M) yaitu Mateni (dilarang membunuh), Maling (dilarang mencuri), Madon (dilarang berzina), Main (dilarang berjudi), Minum/ Madat (dilarang minum yang memabukkan dan Narkoba)

Di bawah ini nukilan teks “Pancha-Shila” dari literatur Budhisme kitab Vinaya PANCHA SHILA
1.    Panatipata veramani sikkhapadam samadiyani (kami berjanji untuk menghindari pembunuhan)
2.    Adinnadana veramani sikkha-padam samadiyani (kami berjanji untuk menghindari pencurian)
3.    Kamesu Micchara veramani sikkhapadam samadiyani (kami berjanji untuk menghindari perzina-han)
4.    Mussavada veramani sikkhapadam samadiyani (kami berjanji untuk menghindari kebohongan).
5.    Surameraya majja pamadattahana veramani sikkapadam samadiyani (kami berjanji untuk menghindari makanan dan minuman yang memabukkan dan menjadikan ketagihan)

Pancasila menurut “Piagam Jakarta”
Didalam buku, naskah persiapan undang-udang dasar 1945, menyebutkan tentang pendapat   Prof. Mr. Haji Muhammad Yamin “….Dokumen politik bertanggal 22 Juni 1945 yang dalam sejarah akan bernama Piagam Jakarta ditandatangani oleh 9 peng-anjur, terbukti mempunyai daya penarik dapat mempersatukan gagasan ketatanegaraan dengan tekat bulat atas persatuan nasional menyongsong datangnya negara Indonesia yang merdeka, berdaulat’.

Mengenai 9 penganjur atau panita 9 tersebut Ir. Soekamo menyebutkan didalam Rapat ke-I Sidang ke-II Badan Penyelidik pada tanggal 10 Juli 1945 “Panitia 9 orang inilah sesudah mengadakan pembicaraan yang masak dan sempurna telah mencapai hasil baik untuk mendapatkan satu modus, satu persetujuan, antara pihak Islam dan pihak kebangsaan. Modus persetujuan itu termaktub di dalam satu rancangan pembukaan hukum dasar rancangan preambule hukum dasar, yang dipersembahkan sekarang oleh Panitia Kecil kepada sidang sekarang ini, sebagai usul”

Pada tanggal 14 Juli 1945 Ir. Soekarno dihadapan Sidang Pleno Dokuritsu mempertahankan rumusan usulan panitia 9 dengan argumentasi yang cukup mengesankan. “Paduka tuan ketua, kami panitia perancang menge-tahui bahwa anggota yang terhormat Sanusi minta perkataan “…bagi pemeluk-pemeluknya” dicoret, sekarang ternyata bahwa anggota terhormat Hadi Kusumo minta juga dicoretnya, tetapi kami berpendapat, bahwa kalimat-kalimat ini seluruhnya berdasar Ke-Tuhanan, sudahlah hasil kompromis diantara dua pihak. Sehingga dengan adanya kompromis itu perselisihan diantara dua pihak hilang.

Tiap kompromis berdasar kepada memberi dan mengambil, geven dan nemen. Ini suatu kompromis yang berdasar memberi dan mengambil, bahkan kemarin di dalam panitia soal itu ditinjau lagi dengan sedalam-dalamnya diantara lain-lain, sebagai tuan-tuan yang terhormat mengetahui, dengan tuan Wachid Hasyim dan Agus Salim diantara anggota panitia, kedua-duanya pemuka Islam. Pendek kata inilah kompromis yang sebaik-baiknya. Jadi panitia memegang teguh akan kompromis yang dinamakan oleh anggota yang terhormat Moch. Yamin “Jakarta Charter” yang disertai perkataan tuan anggota yang terhormat Sukiman, gentlemen agreement supaya ini dipegang teguh diantara pihak Islam dan pihak kebangsaan, saya mengharap paduka tuan yang mulia, rapat besar guna membenarkan panitia itu”.

Selanjutnya dibawah ini penulis nukilkan teks Pancasila yang termuat dalam Piagam Jakarta sebagian dari alenia yang ke-IV; “……… yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada ; Ke-Tuhanan Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluk-Pemeluknya, menurut dasar Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksaan Dalam Permusyawaratan Dan Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Pada tanggal 17 Juli 1945 Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia menutup sidangnya yang terakhir. Berakhimya sidang tersebut maka selesailah rancangan pernyataan, pembukaan dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang ditandai dengan ucapan diterima dengan sebulat-bulatnya oleh ketua yaitu Dr. Rajiman Wedyodiningrat.

Pancasila menurut pembukaan UUD’45, di bawah ini penulis nukilkan sebagian dari alenia ke-IV nya, pembukaan UUD’45 ; “……. yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada; Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/ Perwakilan serta, dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”

Menurut laporan Drs. Moch. Hatta mengenai dihilangkannya kata-kata “……… dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” kemudian diganti dengan kata-kata Yang Maha Esa” adalah untuk bisa mewujudkan persatuan yang bulat, ditambahkan oleh Drs. Moch. Hatta dalam laporan tersebut dengan pidatonya, “Dengan membuang ini maka seluruh hukum undang-undang dasar dapat diterima oleh daerah-daerah Indonesia yang tidak beragama Islam, umpamanya yang pada waktu sekarang diperintah KAIGUN, persetujuan dalam hal ini sudah didapat antara berbagai golongan sehingga memudahkan pekerjaan kita pada waktu sekarang ini”

Perbandingan Teks
Apabila kita bandingkan Teks Piagam Jakarta dan Pembukaan UUD ’45 adalah perbedaannya terletak pada digantinya 7 (tujuh) anak kalimat dari rumus Sila Ketuhanan di dalam Piagam Jakarta menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi rumus Sila Ketuhanan pada Pembukaan UUD ’45 berbunyi ; Ketuhanan Yang Maha Esa.

Munculnya istilah “…Yang Maha Esa” merupakan kisah historis yang sangat menarik. Sangat menariknya karena melalui proses pemikiran kompromis dan dialogis para pendiri bangsa yang menegara di Indonesia. Sehingga ketidakpuasan dua pihak yaitu antara Pihak Islam dan Pihak Nasionalis terhadap rumusan “…. dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” bisa terselesaikan dengan damai melalui lobying yang hasilnya sangat menentukan antara Mister Teuku Moch. Hasan dari Aceh dengan Ki Bagus Hadi Kusumo dari Yogyakarta, yang didampingi oleh Drs. Moch. Hatta sebagai pimpinan panitia.

Dalam lobying tersebut Mr. Hasan memberi penjelasan kepada Ki Bagus Hadikusumo mengenai makna Ketuhanan Yang Maha Esa dalam pembukaan UUD ’45 dan dalam pasal 29 ayat 1 yang tujuannya adalah demi tercapainya persatuan seluruh bangsa Indonesia.
Setelah pertemuan tersebut, Prawoto Mangkusasmito (tokoh Masyumi) menanyakan kepada Ki Bagus Hadi Kusumo tentang istilah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka jawab Ki Bagus Hadi Kusumo singkat sekali yaitu Tauhid. Kemudian jawaban tersebut oleh Prawoto Mangkusasmito dikemu-kakan kepada Mr. Teuku Moch. Hasan, jawaban Mr. Teuku Moch. Hasan sama dengan jawaban Ki Bagus Hadi Kusumo.

Read rest of entry

Selasa, November 09, 2010

Teori Invasi Bangsa Arya oleh Max Müller Adalah Sebuah Konspirasi

imageHampir seluruh kebudayaan kuno yang telah ditemukan selalu berada dekat dengan lembah sungai. Manusia pada saat itu menganggap air merupakan satu-satunya sumber kehidupan. Dengan berada di dekat air, mereka dapat melangsungkan kehidupan dan sungai adalah tempat yang cocok untuk hal tersebut. Hal ini terjadi bukan tanpa alasan. daerah yang dekat dengan sungai adalah daerah yang memiliki kekayaan alam yang besar. Banyaknya vegetasi tumbuh-tumbuhan dan hewan mencerminkan suburnya kawasan di sekitar sungai tersebut. Sungai Indus di India tentu saja telah memiliki aspek-aspek tersebut, ditambah lagi sungai itu diapit oleh pegunungan-pegunungan besar yang memiliki kondisi flora dan fauna yang melimpah. Semuanya menjadikan sungai Indus sebagai salah satu sungai yang menjadi pusat peradaban kuno di dunia khususnya di daratan India.

Keberadaan sungai Indus dalam sejarah mewakili dua kota peninggalan kuno yang paling penting dan paling awal dalam peradaban India, yaitu kota Mohenjodaro, propinsi Sindu, Pakistan dan kota Harappa di propinsi Punjab, India. Menurut para ahli berdasarkan penentuan karbon 14 -penelitian penentuan umur suatu benda organik, tulang dengan menggunakan senyawa C14-, menunjukkan bahwa keberadaan kedua kota ini antara tahun 2000 hingga 3000 SM.

Awal abad ke-20, arkeolog Inggris Sir John Hubert Marshall1 melakukan penggalian kota kuno Mohenjodaro dan Harappa. Hasilnya adalah tingkat kesibukan dan keramaian kedua kota tersebut sangat tinggi. Dikatakan bahwa kedua kota tersebut merupakan ibukota dua kekuasaan berbeda yang terjadi antara tahun 2350-1750 SM. Penelitian lebih lanjut menghasilkan perhitungan bahwa dua kota tersebut masing-masing memiliki sekitar 30 hingga 40 ribu penduduk, lebih banyak dibanding penduduk kota London pada abad pertengahan.

Berdasarkan bukti-bukti sejarah yang ditemukan oleh John Marshall tersebut, pendukung kebudayaan kuno India terdiri dari dua bangsa yaitu; suku bangsa Dravida dan Arya. Keduanya merupakan unsur utama kebudayaan India dan saling melengkapi. Perbedaannya adalah bangsa Dravida merupakan penduduk asli India, sedangkan suku bangsa Arya merupakan bangsa pendatang dari arah utara. Hal ini dapat dilihat secara kasat mata melalui bentuk fisik keduanya.

Selama ini kita mengetahui bahwa Bangsa Dravida merupakan bangsa yang berasal dari ras australoid yakni berkulit coklat dan berhidung pipih. Sedangkan Bangsa Arya berasal dari ras kaukasoid (Indo-Jerman) sehingga memiliki hidung mancung dan berkulit putih. Sebagai pendatang, bangsa Arya menganggap bangsa Dravida lebih rendah tingkat kebudayaannya. Tetapi satu hal yang menjadi catatan sejarah adalah bangsa Dravida telah meninggalkan satu monumen sejarah yang menjadi bukti tingginya budaya mereka. Peradaban suku bangsa Dravida berpusat di tepi sungai Indus. Peninggalan tersebut adalah reruntuhan kota tua Mohenjodaro dan Harappa itu sendiri. Bangsa Dravida merupakan bangsa awal yang membangun peradaban kuno di India.

Setelah hancurnya kota Mohenjodaro dan Harappa yang menurut para ahli akibat gangguan ekologis (hujan makin berkurang, hutan-hutan habis ditebang karena kayunya dipakai untuk dapur), bangsa Arya datang dan mendiami kawasan di sebelah timur sungai Indus, diantara sungai Sutlej dan Yamuna. Namun sebelum menginvasi daerah India, bangsa Arya terlebih dahulu menjadi bangsa yang hidup di peradaban kebudayaan Sumeria yang terkenal akan lembah sungai Tigris dan Efrat. Bangsa Arya menjadi nenek moyang orang Irak dan Iran sekarang.

Sebelum datang ke India, bangsa Arya dikenal memiliki kemampuan bersyair yang tinggi walau tidak mengenal bahasa tulis. Tradisi lisan ini merupakan transisi masa prasejarah dan sejarah. Ditandai dengan munculnya Kitab Suci Veda, kitab suci agama Hindu. Sehingga masa kedatangan suku bangsa Arya sering disebut sebagai jaman Veda, karena pada saat itu pula lahir agama Hindu di tanah India. Dengan begitu secara langsung suku bangsa Arya memperkenalkan kebudayaan tulis bagi tanah India.

Namun yang menjadi pertanyaan besar ialah apakah benar bangsa Arya lah yang membawa kitab Veda dan menginvasi bangsa Dravida dari lembah sungai Indus dan membangun peradaban di sana? Ataukah hanya sebatas teori yang dibuat oleh Max Müller yang mengabdi kepada Inggris mengingat Inggris merupakan penjajah India? Lantas apa alasannya? Makalah ini akan mengulas mengenai kebenaran catatan sejarah tersebut berdasarkan bukti ilmiah (penggalian arkeologi) maupun berdasarkan isi dari kitab Veda itu sendiri.

Tujuan dari penulisan ini adalah memaparkan kekeliruan-kekeliuran yang terdapat dalam Teori Invasi Bangsa oleh Max Müller sehingga layak dikatakan sebagai teori yang tidak memiliki nilai kebenaran serta mengungkapkan tujuan khusus dibalik kemunculan teori tersebut.

TEORI MAX MÜLLER SERTA KONTROVERSI KEBENARANNYA

Teori Invasi Bangsa Arya

Selama bertahun-tahun kita mengetahui bahwa Bangsa Arya datang menginvasi bangsa Dravida. Bangsa Arya memasuki wilayah India sekitar tahun 1500 SM. Mereka datang dari daerah Kaukasus dan menyebar ke arah timur melalui celah Kaibar yaitu sebuah jalan sempit di antara pegunungan Himalaya dan Widnya Kedna. Mereka meninggalkan daerahnya karena telah terjadi desakan bangsa-bangsa. Kedatangannya di India harus menyingkirkan terlebih dulu masyarakat sebelumnya, yakni masyarakat pendukung kebudayaan Mohenjodaro dan Harappa yaitu bangsa Dravida yang berciri-ciri tidak berhidung, bibir tebal, serta kulit hitam (menurut kitab Veda). Dengan kemajuan kebudayaannya, mereka dapat menggeser suku bangsa Dravida ke arah selatan, ke wilayah yang kurang subur.

Veda dibawa oleh bangsa Arya yang memenangkan perang dengan bangsa Dravida yang lebih dahulu menempati lembah sungai Indus. Ini artinya bahwa kitab Veda bukan berasal dari India tapi dibawa dan berkembang di India. Kitab Veda yang dibawa oleh bangsa Arya dibuat setelah kebudayaan Mohenjodaro dan Harappa runtuh, sekitar 1500 SM. Setelah bangsa Arya berhasil mengusir suku bangsa Dravida, ia menetap di lembah sungai Indus, pasca runtuhnya kota Mohenjodaro dan Harappa.

Keterangan di atas merupakan sebuah teori umum yang sudah terlanjur dijadikan sebagai kebenaran oleh hampir seluruh masyarakat di dunia. Implikasinya, kaum akademisi dan masyarakat umum juga memahami ajaran Hindu secara keliru. Teori tersebut mengatakan bahwa bahasa Sansekerta dan kitab-kitab Hindu seperti Rg. Veda tidaklah benar-benar dikodifikasi oleh Maha Rsi Vyasa di wilayah Industan (India) sebagaimana yang tertuang dalam kitab suci Veda itu sendiri, melainkan Rg. Veda dibawa dari daerah Jerman ke India oleh bangsa Arya yang melakukan invasi dan mengalahkan bangsa Dravida.

Hampir semua kalangan menganggap teori ini sebagai teori yang memiliki kebenaran mutlak. Sehingga semua buku-buku sejarah yang diajarkan di bangku-bangku sekolah telah mencekoli semua kalangan dengan teori ini. Salah satunya seperti penjelasan yang terdapat dalam kamus New Oxford Dictionary 2009, menyebutkan bahwa Arya berarti; ³a member of a people speaking an Indo-European language who invaded northern India in the 2nd millennium  bc, displacing the Dravidian and other aboriginal peoples´. Lantas apa yang menyebabkan

munculnya teori tersebut?

imageMunculnya teori invasi bangsa Arya atas Dravida ini atau lebih dikenal dengan Aryan Invansion Theory pada awalnya dicetuskan oleh Friedrich Maximillian Müller, atau yang lebih dikenal dengan nama Max Müller, seorang filologi kelahiran Jerman yang mengabdikan hidupnya sebagai pengajar di Universitas Oxford, Inggris. Bertepatan pada masa kolonialisme Inggris di India, Friedrich Max Müller dibayar dengan harga tinggi (4 poundsterling per halaman) untuk menerjemahkan kitab-kitab suci Veda ke dalam Bahasa Inggris oleh pemerintah Inggris. Selain Friedrich Max Müller, terdapat beberapa nama peneliti Inggris seperti; Alexander Duff, William Carey, James Mill, William Jones, H.H. Wilson yang membantunya dalam menciptakan teori ini.

Friedrich Max Müller atau lebih dikenal dengan Max Müller awalnya adalah seorang sarjana Sansekerta Oxford University yang lahir di Dessau, 6 Desember 1823 dan wafat 28 Oktober 1900. Ia adalah anak dari seorang sastrawan romantik bernama Wilhelm Müller, yang salah satu puisinya berjudul Die schöne Müllerin danWi nt er rei se, oleh musisi klasik Jerman, Franz Schubert, dijadikan sebuah lagu. Ibu Max Müller, Adelheide Müller adalah saudara perempuan tertua dari seorang kepala pemerintah Anhalt-Dessau, sebuah daerah di Jerman bagian tengah.

Saat berumur 50 tahun, ia merupakan satu dari beberapa akademisi yang mengajar mengenai sejarah India di Inggris dan ia juga merupakan ahli perbandingan agama. Ia menulis berbagai macam buku ilmiah dan esei-esei tentang Indologi yang membahas tentang sejarah India, karya sastra, filsafat dan budayanya. Pada akhirnya, untuk pertama kalinya ia menjadikan Indologi sebagai salah satu cabang disiplin ilmu di Oxford University sehingga masa tuanya ia habiskan menjadi guru besar di universitas ternama tersebut. Bukunya yang berjudul Sacred Books of the East, meruapakan satu dari karya terbesarnya yang membahas menganai seluk-beluk India.

Müller tinggal di India selama belasan tahun. Dalam naskah Veda tersebutlah, Müller menemukan istilah "Arya". Di dalam Veda terdapat cukup banyak istilah Arya, contohnya dalam  satu Purana yaitu Ramayana Purana yang digunakan untuk menggambarkan sosok Sri Rama

Arya Sarva Samascaiva Sadaiva Priyadarsanah, yang artinya, Arya, seseorang yang bekerja untuk kepentingan umum dan menyayangi semua orang.

Menurut Stephen Knapp (2004)2, seseorang disebut Arya apabila orang tersebut berasal dari keturunan keluarga mulia, lemah lembut prilakunya, berkelakuan baik dan bertindak benar. Dalam Rg. Veda terdapat pernyataan serupa yakni praja arya jyotiragrah (Rg. Veda VII.33.17) yang artinya anak-anak Arya dibimbing menuju cahaya (pencerahan). Dalam hal ini,jyotih atau cahaya atau pencerahan dianalogikan ke dalam pengertian spiritual. Jadi secara garis besar dapat dikatakan bahwa Arya mengarah kepada aturan prilaku atau norma prilaku yang mengarah kepada pencerahan kepada tuhan.

Berbeda dengan pengertian Veda diatas, Müller memberikan penafsiran sendiri terhadap istilah "Arya" ini. Menurutnya, Arya berarti terang atau putih, dalam hal ini "ras berkulit putih" yang pernah menyerang India. Müller juga mengatakan bahwa bangsa Arya berasal dari Jerman yang hidup berpindah pindah. Peradaban sungai Indus disebut Müller sebagai peradaban pra- Arya karena berbagai alasan. Alasan utamanya adalah karena pengaruh pola pikir dan budaya Eropa pada abad 19. Masa-masa itu adalah masa kebangkitan rasa nasionalisme bangsa Jerman. Konon, rezim Nazi yang didirikan Hittler diindikasikan menggunakan semangat dari teori ini untuk melakukan invasi dan pembantaian besar-besaran terhadap orang-orang Yahudi. Mereka juga menggunakan lambang sakral Swastika3 dalam setiap atribut dan benderanya. Setelah menerjemahkan Veda, Müller berspekulasi bahwa bangsa Arya menyerang India sekitar tahun 1500 SM, setelah runtuhnya kota Mohenjadaro dan Harappa.

Namun teori yang mengatakan bahwa bangsa Arya berasal dari Jerman merupakan kesalahan besar. Max Müller memakai teori ini tanpa memiliki bukti arkeologis. Ia hanya meneruskan apa yang telah dikatakan oleh cendikiawan-cendikiawan abad-19 saat itu yang berteori "Arya adalah Proto-Indo-Eropa" seperti H. Chavée (1867), I. Ascoli (1854) B. W. Leist (1888) dan P. van. Bradke (1890).

Mulai tahun 1910-an, teori "Arya adalah Proto-Indo-Eropa" tidak digunakan lagi sejak ditemukannya bukti arkelologis oleh seorang ahli arkeologi Jerman bernama Otto Schrader tahun 1918. Dalam kesimpulannya, ia mengatakan bahwa bangsa Arya merupakan bangsa yang berasal dari daerah Iran sekarang (Indo-Iran). Michael Witzel, dalam artikelnya berkata bahwa "Semua penggunaan kata Arya sebagai Indo-Eropa dan segala teori abad-19 dan permulaan abad-20 harus dihindari".

Tidak Pernah Ada Serangan Bangsa Arya

Bila dicermati, teori serangan bangsa Arya tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Sir John Marshall menawarkan bukti-bukti bahwa India mengikuti peradaban Veda jauh sebelum tibanya bangsa Arya. Ia menunjukan bahwa India telah memiliki peradaban yang maju bahkan sejak tahun 3500 SM, bahkan mungkin lebih awal.

Menurutnya, kerangka manusia yang ditemukan di Harappa dengan umur 5000 tahun yang lalu menunjukan persamaan dasar dengan ras-ras yang ada di Punjab dan Gujarat dewasa ini. Hal ini membuktikan bahwa tidak pernah ada penyerangan suku bangsa luar seperti apa yang yang telah digembor-gemborkan oleh Max Müller dengan teorinya itu.

Selain itu, jika mengacu pada kosa kata bahasa Sansekerta yang benar, kata ³Arya´ berarti orang yang terpelajar atau terhormat. Sama sekali tidak ada indikasi yang menyatakan bahwa istilah Arya mengacu kepada suatu ras atau bangsa tertentu. Dalam Catur Veda sendiri istilah Arya hanya disebutkan sebanyak 60 kali dan semuanya mengacu pada istilah orang yang terpelajar dan terhormat -seperti yang tertulis dalam Rg. Veda VII.33.17-. Veda sendiri menyatakan dengan jelas bahwa Veda dikodifikasi di daerah Aryavarta atau Bharatavarsha yang dikatakan sebagai daerah yang memiliki tujuh aliran sungai. Veda tidak pernah menyinggung bahwa Veda dikodifikasi di daerah lain. Colin Renfrew4, seorang arkeolog Inggris dengan tegas mengatakan, tidak satupun mantra Rg. Veda menggambarkan bahwa Veda membicarakan suatu penyerangan suatu bangsa ke daerah tertentu. Tidak satupun hal yang menguatkan bahwa Arya adalah pendatang.

Penggalian arkelogi yang sistematis dilakukan pertama kali pada tahun 1921 untuk menggali peninggalan kota Harappa di sekitar sungai Ravi (Daya Ram Sahni, Rakhaldas Banerjee, Barat Laut India). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebudayaan yang berkembang di sana setidaknya sudah berlangsung sejak 4000-2500 SM. Hasil penggalian ini juga menunjukkan bahwa sama sekali tidak ada bukti jejak peninggalan bangsa Arya dalam

11

kebudayaan Harappa, yang artinya sama sekali tidak ada bukti bahwa bangsa Arya datang

mengusir bangsa Dravida dari kota Harappa.

Peninggalan arkeologi yang jauh lebih tua dan paling sering disebutkan dalam literatur Veda akhirnya ditemukan di sepanjang aliran sungai Sarasvati yang saat ini sudah mengering dan hanya dapat diamati dari luar angkasa melalui satelit. Sebab dari mengeringnya sungai Sarasvati adalah karena habisnya gletser yang menjadi pasokan utama aliran sungai Sarasvati yang terletak di pegunungan Himalaya. Bukti-bukti arkeologis memperhitungkan bahwa sungai Sarasvati sudah mengering sekitar 2.200-10.000 tahun SM akibat terjadinya perubahan iklim yang mengarah pada pemanasan permukaan Bumi.

Beberapa mantram-mantram Rg. Veda yang mengagung-angungkan keberadaan sungai Sarasvati ini adalah antara lain pada mantram VI.61.13, VI.61.8 dan VII.95.1. Setidaknya dari keterkaitan dengan keberadaan sungai Sarasvati dan pujian-pujian mantra-mantra Rg. Veda ini sudah merupakan bukti yang sangat kuat untuk membantah anggapan yang menyatakan Rg. Veda dibawa dari daerah Eropa oleh bangsa nomaden Indo-Jerman yang disebut-sebut sebagai bangsa Arya. Ditambah lagi dengan adanya sloka Mahabharata yang menyatakan bahwa sungai Sarasvati menghilang di suatu gurun, sehingga logikanya jaman kodifikasi Veda juga berlangsung pada tahun-tahun mengeringnya sungai Sarasvati ini, jauh sebelum bangsa Arya menginvasi bangsa Dravida.

Kenoyer, seorang sejarawan juga menguatkan pernyataan bahwa Rg. Veda benar-benar ditulis di sekitar sungai Sarasvati di wilayah India. Ia mengatakan bahwa di timur, sungai Sarasvati purba mengalir secara paralel ke sungai Indus. Saat berakhirnya peradaban lembah sungai Indus, sungai Sarasvati sudah kering secara total. Banyak kisah Rg. Veda mengambil tempat di daerah sungai suci Sarasvati ini

sebagian masyarakat Hindu tidak bisa menerima pernyataan Rg. Veda yang menyatakan dirinya diajarkan dan disebarkan melalui tradisi lisan yaitu proses mendengar (sruti) dan mengingat (smrti) berdasarkan jalurparampa ra secara bersamaan dengan terciptanya alam semesta material. Rg. Veda sudah dengan sangat jelas menyatakan bahwa ia dikodifikasi pada permulaan Kali-Yuga sekitar 6000 tahun yang lalu inkarnasi Tuhan, Sri Narayana dibidang sastra yaitu Krishna Dvaipayana Vyasa agar bisa dipelajari dan dimengerti oleh orang-orang jaman Kali. Namun mengapa mereka yang merupakan penganut Veda begitu µbodoh¶ sehingga mengingkari pernyataan Veda ini? Bhagavata Purana 1.4.17-25 dengan jelas sudah menyatakan hal ini dengan menyebutkan;

³SangRishi mulia yang berpengetahuan penuh, dengan penglihatan rohaninya bisa

melihat merosotnya segala sesuatu yang material karena pengaruh buruk Kali-Yuga «« Beliau juga melihat orang-orang yang tidak percaya (pada Veda) jadi pendek usia dan mereka tidak penyabar karena kurang memiliki sifat-sifat bajik «« Untuk menyederhanakan proses (belajar Veda), beliau membagi Veda yang satu (Yajur Veda) itu menjadi 4 bagian untuk diajarkan diantara manusia «. Demikianlah,Rishi Paila menjadi sarjanaRg-Veda,Rishi Jaimini menjadi sarjana Sama-Veda,Rishi Vaisampayana menjadi akhli Yajur-Veda dan Sumantu Muni dipercayakan mengajar Atharva-Veda. Mereka mengajarkan bagian-bagian Veda itu kepada para muridnya masing-masing «.. Kemudian karena kasihan (kepada orang-orang kurang cerdas), Vyasa menyusun Mahabharata agar para wanita, sudra dan dvija-bandhu bisa mencapai tujuan hidup tertinggi´.

Sebenarnya pada masa kolonial Inggris, konversi agama masyarakat India tidak hanya dilakukan oleh misionaris Kristen, melainkan juga dilakukan oleh orang-orang Islam. Namun berbeda dengan kaum Indologis, para penyebar agama Islam yang menjadikan Hindu sebagai target konversi lebih condong pada tindakan destruktif. Pada waktu penyerangan bangsa Mogul ke India, mereka banyak menghancurkan pustaka-pustaka Suci Veda, tempat-tempat suci dan membunuh para pemuka agama, tetapi tidak melakukan pengubahan dan penyebaran pustaka Rg. Veda sebagaimana yang dilakukan oleh Max Müller. Sehingga usaha penghancuran yang mereka lakukan hanya bersifat sesaat dan tidak menjadi bom waktu dalam perkembangan Hindu di dunia.

Sampai sekarang, lembaga-lembaga pendidikan formal Hindu, terutama sekali di India menjadikan Veda terjemahan Max Müller dan teori-teorinya tersebut sebagai acuan utama dalam menelurkan karya-karya tulis dan menelurkan intelektual-intelektual Hindu. Terjangkitnya para intelektual Hindu oleh virus ciptaan Indologis tersebut pada akhirnya menular ke masyarakat Hindu lainnya yang akan menggerogoti dan melemahkan Hindu dari dalam. Ironisnya, ada anggapan bahwa Max Müller malah diagung-agungkan sebagai salah satu Sad Guru yang dihormati yang dianggap berjasa sebagai pembaharu Hindu.

Meskipun kekeliruan teori invasi hasil konspirasi ini sudah diakui dan dipublikasikan oleh BBC London yang dimuat 30 September 2005. Mereka dengan jelas menyatakan bahwa teori kontroversial hasil ciptaan Max Müller pada tahun 1848, hanyalah berdasarkan pada pembenaran linguistik. Adanya dua jenis warna kulit bangsa India yang sudah terlanjur dianggap benar yang telah berhasil mendistorsikan sejarah Hindu akhirnya mendapat sanggahan dan tumbang setelah 120 tahun.

Namun sampai sekarang sebagian besar buku-buku pelajaran terutama sekali di Indonesia maupun ensiklopedi8 yang terdapat dalam situs-situs internet mengenai sejarah Hindu masih menuliskan teori ini sebagai sebuah kebenaran. Mereka lebih mempercayai uraian Veda yang disampaikan oleh orang-orang Barat yang berlindung dibalik kata ³ilmiah´ dari pada mempercayai sejarah Veda menurut Veda itu sendiri.

Melihat bantahan ilmiah maupun berdasarkan teks kitab Veda sendiri mengenai teori Max Müller ini, penulis dapat mengatakan bahwa teori tersebut sudah runtuh dan tidak bisa dipertangungjawabkan lagi kebenarannya. Sehingga perlu ada koreksi besar-besaran agar dapat mengganti teori tersebut dengan teori yang sudah diakui kebenarannya secara ilmiah -yang telah dipaparkan dalam makalah ini-. Koreksi tersebut berupa revisi teks sejarah yang tertuang dalam buku-buku ataupun media lainnya yang telah tersebar selama ini.

Hal lain yang bisa dilakukan ialah, pemerintah India, selaku yang memiliki subjek penelitian tentang masalah ini, mengumumkan kepada seluruh masyarakat dunia bahwa teori yang selama ini tersebar mengenai penyerangan bangsa Arya ke India merupakan salah besar. Hal ini perlu dilakukan agar demokrasi dalam menjunjung tinggi kebenaran dalam bidang pendidikan menjadi kewajiban yang harus dilakuakan bagi seluruh negara di dunia. Sehingga sejarah sebagai warisan budaya suatu negara dan juga dunia dapat terus berjalan turun-temurun secara benar.

BIBILOGRAFI

Suryanto, M.Pd. 2006. Hindu, dibalik tuduhan dan prasangka. Narayana Smerti Press: Yogyakarta.

Reg Veda: Bhagavata Purana 1.4.17-25
Varun M Deshpande, Invation that never was (artikel). National geographic
Stephen Knapp, Death of the Aryan Invasio\n Theory (artikel)
Max Müller, Friedrich.1980. The life and Letters ofRight Honorable Friedrich Max Müller.

Sarasvati, Swami Prakashananda. 1999. The True History and theReligion of India; A Concise

Encyclopdia On Authentitic Hinduism. Barsana Dam: Austin, Texas.

http://ridwan-site.blogspot.com/.../peradaban-lembah-sungai-gangga-india.html. Diunduh pada:

Minggu, 14 Februari 2010, pukul 17.30 WIB

http://www.encyclopediaofauthentichinduism.org/articles/35_max_Müller.htm. Diunduh pada:

Selasa, 11 Mei 2010, pukul 11.36 WIB

Friederich, Max Müller.1998. Lectures on the Origin and Growth ofReligion. Paternoster Row:

London

Peta letak Sungai Sarasvati, tempat lahir dan berkembangnya Rg. Veda

Read rest of entry
 

Chat With Girls

Sumber Dana

Term of Use

Semua bebas di copy paste tanpa syarat dan ketentuan apapun, semua artikel tidak perlu anda percaya anggap saja dongeng mitos atau apapun itu menurut anda. Karena jika anda percaya kehidupan anda akan berubah, perkumpulan rahasia or secret societies akan terus memburu anda dan berkata semua ini hanya kebohongan.
Copyright © 2004-2009 by Bisnis Manado