Berita yang begitu mengejutkan, ternyata terdapat konspirasi dibalik virus flu burung. Hal ini terungkap setelah menteri kesehatan Indonesia Siti Fadilah Supari berhasil menguak konspirasi AS dan badan kesehatan dunia (WHO) dalam mengembangkan senjata biologi dari virus flu burung, Avian influenza (H5N1).
Setelah virus itu menyebar dan menghantui dunia, perusahaan-perusahaan dari negara maju memproduksi vaksin lalu dijual ke pasaran dengan harga mahal di negara berkembang, termasuk Indonesia. Fadilah menuangkannya dalam bukunya berjudul Saatnya Dunia Berubah. Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung. Buku ini menuai protes dari petinggi WHO. Namun Ibu Menkes tetap teguh pendirian untuk mengedarkan bukunya. Bahkan beliau mengatakan telah menyiapkan buku jilid kedua. Di dalam buku itu telah dibeberkan semua pengalaman beliau. ”Saya mengirimkan 58 virus, tetapi saya dikirimkan virus yang sudah berubah dalam bentuk kelontongan. Virus yang saya kirimkan dari Indonesia diubah-ubah oleh Pemerintahan George Bush,” ujar menteri kesehatan Indonesia pertama dari kalangan perempuan ini. Konspirasi tersebut, kata Fadilah, dilakuakan negara adikuasa dengan cara mencari kesempatan dalam kesempitan pada penyebaran virus flu burung.“Saya mengira mereka mencari keuntungan dari penyebaran flu burung dengan menjual vaksin ke negara kita,” ujar Fadilah kepada Persda Network di Jakarta, Kamis (21/2).
Untuk kasus ini, Indonesia, sebagai Negara korban flu burung, memerlukan obat Tamiflu. Namun aneh, obat tersebut justru diborong negara-negara kaya yang tak terkena kasus flu burung. Di tengah upayanya mencari obat flu burung, dengan alasan penentuan diagnosis, WHO melalui WHO Collaborating Center (WHO CC) di Hongkong memerintahkannya untuk menyerahkan sampel spesimen. Mulanya, perintah itu diikuti Fadilah. Namun, ia juga meminta laboratorium litbangkes melakukan penelitian. Hasilnya ternyata sama. Tapi, mengapa WHO CC meminta sampel dikirim ke Hongkong? Fadilah merasa ada suatu yang aneh. Ia terbayang korban flu burung di Vietnam. Sampel virus orang Vietnam yang telah meninggal itu diambil dan dikirim ke WHO CC untuk dilakukan risk assessment, diagnosis, dan kemudian dibuat bibit virus.Dari bibit virus inilah dibuat vaksin. Dari sinilah, ia menemukan fakta, pembuat vaksin itu adalah perusahaan-perusahaan besar dari negara maju, negara kaya, yang tak terkena flu burung. Mereka mengambilnya dari Vietnam, negara korban, kemudian menjualnya ke seluruh dunia tanpa izin. Tanpa kompensasi.
Badan ini sangat berkuasa dan telah menjalani praktik selama 50 tahun. Mereka telah memerintahkan lebih dari 110 negara untuk mengirim spesimen virus flu ke GISN tanpa bisa menolak. Virus itu menjadi milik mereka, dan mereka berhak memprosesnya menjadi vaksin. Di saat keraguan atas WHO, Fadilah kembali menemukan fakta bahwa para ilmuwan tidak dapat mengakses data sequencing DNA H5N1 yang disimpan WHO CC. Data itu, uniknya, disimpan di Los Alamos National Laboratoty di New Mexico, AS.Di sini, dari 15 grup peneliti hanya ada empat orang dari WHO, selebihnya tak diketahui. Los Alamos ternyata berada di bawah Kementerian Energi AS.Di lab inilah duhulu dirancang bom atom Hiroshima. Lalu untuk apa data itu, untuk vaksin atau senjata kimia?
Selain kasus flu burung, ternyata Vaksin sering dijadikan alat untuk mengendalikan populasi dunia. Hal ini terungkap dalam kasus-kasus kematian mendadak para bayi di Nigeria dan negeri-negeri muslim lainnya setelah diberi vaksin Polio. Vaksin tetanus, dari WHO disusupi hormon kemandulan. Vaksin campak telah menyebabkan penurunan kekebalan tubuh bayi. Beberapa vaksin lain pun ternyata menyebakan penyakit diabetes pada anak-anak, auto imun, dan autisme. Terlebih lagi vaksin banyak mengandung bahan-bahan beracun bagi tubuh seperti merkuri atau air raksa.
Yang menjadi pertanyaaan kritis adalah, kenapa vaksisn-vaksin tersebut diwajibkan di negeri-negeri kaum muslimin? Menurut Jerry D. Gray, Negara-negara Barat melalui WHO sengaja melakukannya untuk mengendalikan populasi dunia. Dengan cara membunuh generasi tertentu (kaum muslimin).
Dengan melihat kasus-kasus tersebut, jelas bahwa Negara-negara Barat mendapat keuntungan besar dengan menjual vaksin dengan harga mahal pada Negara miskin. Sekaligus mereka bisa melakukan Genocide pada umat tertentu (kaum muslimin).
Apa yang dilakukan oleh Amerika merupakan bagian dari upaya menguasai dunia dengan ideologi kapitalisnya. Lembaga-lembaga internasional seperti PBB dan WHO merupakan lembaga-lembaga yang sengaja diciptakan untuk mempermudah upaya penjajahan itu. mengutip pendapat Syeikh Taqyuddin An Nabhani bahwa ada tiga malapetaka yang melanda dunia yakni munculnya keluarga internasional (PBB dan UU Internasional), cengkeraman dan dominasi Negara adidaya, serta imperialisme dan monopoli. PBB merupakan alat penjajahan. Sejak awal pembentukannya sudah batil karena bertujuan untuk menjajah kaum Muslim. Terlebih lagi Negara yang menguasai PBB adalah pemilik hak veto. AS adalah adalah pemilik hak veto dan memiliki kekuasaan besar di PBB.
Untuk melawan domonasi dan penjajahan AS khususnya terhadap kaum muslimin. Maka kaum muslimin harus memiliki kekuatan yang sepadan. Persatuan umat dalam sistem khilafah islamiyah akan dapat menghentikan kejahatan mereka. selain itu kaum muslim harus kompak melawan penjajahan asing. Oleh karenanya ukhuwah islamiyah harus dikembangkan.
Selasa, Juni 23, 2009
Konspirasi kasus flu burung
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Comment:
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar anda, atau tamba informasi anda jika ada.