indogambler.com

Sabtu, September 11, 2010

Iblis Menurut Psikologi Kaum Gnostik Muslim

Legenda tentang Iblis berasal dari kitab suci seperti Veda, Taurat, Alkitab dan Al-Qur’an, pun dari folklor berbagai budaya di bumi, yang mana benih-benih biografi mitos Iblis tersebar dalam dramatisasi penolakannya untuk besujud dihadapan Adam dan dalam penggodaan Iblis terhadap Adam dan Hawa. Akibat –akibat yang diderita Iblis karena penolakannya untuk bersujud dihadapan Adam yang pada waktu itu baru saja diciptakan, telah memberikan kesaksian terhadap orang-orang Islam tentang bahaya yang mereka hadapi apabila mereka hanya mengandalkan akal fikiran, terutama pada perangkat analogi. Ketika analogi (qiyas) dipasangkan dengan suatu kesombongan, kombinasi ini sangat berbahaya yaitu penghinaan terhadap Iblis. Tidak ada lagi ingatanya selain kemuliaan yang dulu pernah diperoleh yang membuatnya mempertahankan pernyataan superioritasnya yang sombong. Satu-satunya hal yang memuaskan Iblis adalah keputusan Allah yang memberikan kelonggaran kepadanya sampai hari kiamat.

Hati (qalb) merupakan arena pertempuran yang keras antara Allah yang dibantu malak-Nya (malaikat-Nya), dengan Iblis yang dibantu ego (nafs). nafs dalam psikologi sufi diterjemahkan sebagai diri (self), atau ego, atau jiwa (soul). Makna lain dari nafs adalah "intisari" dan "nafas." Dan penggunaan yang lebih umum, nafs adalah diri, seperti dalam kata dirimu atau diriku. Nah, senjata utama yang digunakan oleh kedua pihak adalah "hawatir", yaitu gerak hati terhadap kebaikan dan kejahatan yang membanjiri roh manusia.

Karakter Iblis yang paling menonjol adalah kesombongan akan kesempurnaan dirinya, sehingga mengakibatkan penonjolan kemampuan diri, yang telah mengubah hamba yang penuh cinta menjadi sombong dan egois, dimana hasratnya untuk taat telah berubah menjadi.

Namun, suatu bagian cerita tentang Iblis yang sama pentingnya, menolak untuk menggambarkan figur Iblis dalam istilah-istilah negatif dan jahat. Untuk memahami kedalaman kepribadian Iblis, kita juga harus mempertimbangkan secara serius pernyataan-pernyataan Iblis yang menganggap dirinya tidak bersalah. Pernyataan-pernyataan dramatis tentang keadaan tragis Iblis merupakan sarana penting untuk mengkomunikasikan pandangan kritis kedalam hubungan antara kehendak bebas (free will) dan takdir (destiny), transendensi Allah dan kemauan Allah (iradah) dan antara kekuatan para nabi suci dengan kekuatan Iblis. Dan karena kehendak Allah sesuai dengan kemauan Allah itu sendiri, maka kehendak Allah itulah yang akan berlaku dalam perjalanan hidup setiap makhluk.

Pernyataan Iblis bahwa dia hanyalah sebuah instrumen dari kekuasaan Allah merupakan dasar bagi dalih keterpaksaannya. Iblis beranggapan bahwa dia hanya berbuat sesuai dengan kehendak Allah, karena itu tidak adil jika dia disalahkan menentang Allah. Ketegangan antara kehendak Allah yang transenden dan kebebasan manusia untuk memilih tidak pernah terselesaikan.

Bagi mereka yang tidak menerima dalih keterpaksaan, Iblis memberi penjelasan lain terhadap penolakannya untuk bersujud dihadapan Adam. Iblis menegaskan bahwa dia mengetahui rahasia-rahasia kehendak Allah, yang mana dalam kasus ini kehendak Allah ((iradah) berbeda dengan perintah-Nya (amr), yaitu menghendaki respons monoteisme sempurna atau hanya tunduk dan sujud kepada-Nya, tetapi Allah juga memerintahkan Iblis sujud kepada yang lain (Adam).

Kehendak Allah merupakan kekuatan yang memberi petunjuk di belakang semua yang tersingkap dalam legenda mitos Iblis. Pada saat Iblis memperlihatkan diri sebagai makhluk yang paling berkuasa, Allah akan menegaskan kembali pengontrolan-Nya, dengan menurunkan derajat Iblis menjadi tak berdaya ditangan para nabi dan orang-orang suci. Bagian lain di dalam ceita tentang Iblis ini dikebangkan oleh sekelompok sufi. Bagi para sufi, dalih penolakan Iblis merupakan simbol yang sempurna dari metode ekspresi spiritual. Karena intensitas cinta kontemplatifnya, Iblis menjadi model ketaatan monoteistik. Namun, dedikasinya terhadap fikiran monoteistik ini telah menggerakkan Iblis untuk tidak mematuhi perintah bersujud.

Balasan yang didapatkan Iblis dari Allah karena pengorbanan dirinya yang penuh cinta adalah tugas sebagai pengurus pintu kediaman Allah, dimana dia memisahkan gandum dari sekamnya dengan menguji keimanan manusia dengan pedang kekuasaan Allah. Tak seorangpun dibolehkan berkembang dari lailaaha (tak ada illah/Tuhan) ke alam cahaya Allah, illallah (kecuali Allah), tanpa melewati cahaya hitam Iblis. Karena dalam cara yang sama di mana Muhammad memperlihatkan cahaya penyingkapan Allah, demikian pula cahaya hitam Iblis memperlihatkan kegelapan murka Allah.

Kehinaan dan pemisahan yang diakibatkan oleh kutukan Allah menjadi ujian mistik Iblis, dimana baginya kutukan adalah makanan kehidupan dan kemurahan Allah adalah racun. Pemisahan dan kutukan merupakan hadiah yang tidak mudah dimenangkan, semua itu hanya dapat dicapai setelah bertahun-tahun pengabdian yang tak henti-hentinya adalah hal penting di hadapan Allah yang dikhususkan kepada dirinya untuk menerima anugerah yang paling agung ini yang hanya disediakan bagi pengikut yang dekat dengan-Nya.

Ada kemuliaan dalam kesyahidan, akibatnya, lebih tragis keruskan Iblis ditangan Allah maka dia kelihatan lebih mulia. Kutukan menjadi lambang kesempurnaan Iblis yang unik dalam mengalami siksaan dari kutukan ini, Iblis menemukan harpan baru dalam pemulihan nama baik dirinya. Karena sebagaimana Allah telah mencap dirinya sebagai seorang yang jahat dan menundukkan dia pada penderitaan akibat pemisahan dirinya, demikian pula Allah dapat mengundangnya kembali untuk menempati tempatnya sebagai seorang monoteis dan guru besar kerajaan langit.

Selain menerima pemulihan namanya sebagai kulminasi kesyahidan, juga dapat difahami sebagai kesimpulan dari suatu monisme metafisik yang tiada hentinya. Pemulihan nama baik Iblis adalah pasti, namun drama dari sejarah mitosnya telah dikacaukan, karena itu perlu seikit perhatian tentang bagaimana Iblis mengatasi paradoks dari kutukannya. Hasil akhir dari eksisitensinya akan selalu sama, kembali kepada tauhid yang tidak berbeda.

Jadi, Iblis sejatinya, dalam kesadaran ambangnya itu, begitu pasrah memperuntukkan dirinya membanjiri roh manusia dengan kegelisahan dan kemungkaran tanpa memperhitungkan kutukan yang bakal menimpanya kelak. Namun yang perlu dicatat: dari jasa Iblislah derajat penghambaan sejati manusia terukir cemerlang dalam lanskap kronik spiritualisme Islam.

1 Comment:

Anonim mengatakan...

koplak

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar anda, atau tamba informasi anda jika ada.

 

Chat With Girls

Sumber Dana

Term of Use

Semua bebas di copy paste tanpa syarat dan ketentuan apapun, semua artikel tidak perlu anda percaya anggap saja dongeng mitos atau apapun itu menurut anda. Karena jika anda percaya kehidupan anda akan berubah, perkumpulan rahasia or secret societies akan terus memburu anda dan berkata semua ini hanya kebohongan.
Copyright © 2004-2009 by Bisnis Manado